Perjuangan Petani: Harga Pokok Naik, Namun Kesejahteraan Menurun

Perjuangan Petani: Harga Pokok Naik, Namun Kesejahteraan Menurun

JAKARTA - Harga kebutuhan pokok seperti cabai, beras, tomat, kentang, dan sayuran lainnya tetap bertahan pada tingkat yang tinggi, sementara kesejahteraan petani masih tertinggal. 

Berdasarkan data terbaru dari Badan Pusat Statistik (BPS), kata Pengamat Ekonomi Gunawan Benjamin, Nilai Tukar Petani (NTP) untuk kelompok tanaman hortikultura masih berada di bawah angka 100, yakni 95,23 pada bulan Februari.

NTP untuk tanaman hortikultura mengalami kenaikan sebesar 4,81% secara bulanan. Namun, hal ini tidak sejalan dengan kenaikan harga komoditas pangan pokok seperti beras, cabai, tomat, dan sayuran lainnya. "Angka di bawah 100 menunjukkan bahwa petani tidak mendapatkan keuntungan yang signifikan dari kenaikan harga komoditas pangan tersebut. Bahkan, harga cabai merah mengalami kenaikan hingga 100% pada bulan Februari lalu," kata Gunawan Benjamin, Jumat (1/3/2024).

Indeks harga yang diterima oleh petani sayur-sayuran juga mengalami kenaikan sebesar 10,89% pada bulan Februari. Namun, akunya, belum ada informasi yang mendetail mengenai indeks harga yang dibayar kepada petani sayur-sayuran. Hal ini masih menjadi satu dengan indeks harga yang dibayar oleh petani hortikultura.

Secara rinci, tanaman hortikultura mencakup sub-sektor tanaman sayur-sayuran, buah-buahan, dan tanaman obat. Cabai, kentang, dan tomat termasuk dalam kategori tanaman sayur-sayuran. "Di sisi lain, NTP untuk tanaman pangan seperti padi atau beras mengalami kenaikan sebesar 0,77% menjadi 102,5," ujarnya.

Meskipun demikian, kesejahteraan petani padi masih belum solid. Meskipun harga gabah mengalami kenaikan, NTP di sektor tanaman pangan tetap di atas sedikit dari level 100. Gambaran ini sangat berbeda dengan NTP untuk tanaman perkebunan rakyat yang mencapai 168,20.

Kenaikan harga gabah di masa mendatang masih mungkin terjadi. Namun, kenaikan harga beras di pasar konsumen sangat bergantung pada daya beli masyarakat. Sulitnya kenaikan NTP untuk tanaman pangan disebabkan oleh kebijakan impor beras dari negara lain. "Meskipun kebijakan impor ini menguntungkan konsumen, namun berdampak pada potensi keuntungan yang lebih besar bagi petani," pungkasnya. (*)

Sumber Nusantaraterkini.co

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama